Sabtu, 14 April 2012

Pos Ketan Legenda 1967 Kota Batu

Masih tentang jajanan tradisional yang menjadi komoditas ungggulan, Pos Ketan Legenda 1967 di kawasan alun-alun Kota Batu, Jawa Timur. Memang, ini bukan tempat jajanan yang cozy a’la plaza atau mall yang mewah. Bukan pula jajanan yang dijajakan di kota metropolitan. Pos Ketan Legenda 1967 laiknya lapak kaki lima yang berderet di pinggir lahan parkir di kawasan Alun-alun Kota Batu, sebuah kota yang dalam sejarahnya tumbuh dari tempat peristirahatan sejak jaman Belanda karena tempatnya yang relatif tinggi. Tidaklah berlebihan ataupun terlalu mendramatisasi, Pos Ketan Legenda 1967 disebut sebagai lapak karena “warung” tersebut hanya berisi pedagang dan jualannya. Sementara para penikmat ketan berada di luar “warung”, yang berarti berada di sebagian lahan lapangan parkir. Dalam kondisi demikian, Pos Ketan Legenda 1967 tak ubahnya berada di sebuah plasa “tradisional”.


Suasana Pos Ketan Legenda 1967

Pos Ketan Legenda 1967 tidak berdiri sendiri. Sebagaimana pedagang kaki lima di kawasan lahan parkir, Pos Ketan Legenda 1967 berdiri di antara deretan-deretan lapak-lapak yang lain. Dari sore hingga malam hari, Pos Ketan Legenda 1967 melayani pelanggan didampingi warung-warung yang lain, termasuk warung susu segar. Minuman ini termasuk yang tidak boleh ditinggalkan ketika berkunjung ke kota Batu. Susu murni dari koperasi susu di kawasan ini terkenal luas. Kawasan Pujon, yang bertetanggaan dengan kota Batu, dikenal sebagai sentra peternakan sapi perah dengan koperasi susu yang pernah dikenal sebagai terbesar di Indonesia. Bisa dibayangkan, ketan kukus yang masih hangat ditemani susu kopi manis yang masih mengepulkan asap merupakan pilihan jajanan yang nikmat dan menyehatkan di kawasan Kota Batu yang terkadang terasa dingin.

Bila disimak dari tahun 1967, yang menempel pada Pos Ketan Legenda 1967, dapat disimpulkan hal yang menjadi fokus dari Pos Ketan. Nostalgia dan romantisme yang dicoba ditawarkan tempat ini pada pengunjungnya. Akan tetapi bila disimak dari para penikmat ketan kukus, mereka berasalah dari berbagai generasi. Bahkan dapat dikatakan generasi muda yang lebih akrab dengan mall ternyata lebih mendominasi tempat ini. Sebagaimana warung-warung tradisional lainnya, tidak dikenal konsep fast food. Para penikmat dapat nongkrong di tempat itu tanpa harus merasa risih untuk segera angkat pantat. Tidak mengherankan kalau di tempat ini ngobrol bisa menghabiskan waktu.


Ketan Kicir dan Susu Kopi

Pos Ketan Legenda 1967 hanya menyediakan menu jajanan ketan kukus dengan variasi topping yang klasik, yakni Ketan Kicir, Ketan Bubuk dan Ketan Campur. Ketan Kicir adalah ketan kukus dengan topping taburan kelapa serut ditimpa sirup gula jawa. Ketan Bubuk, menggunakan topping bubuk kedelai. Sedangkan Ketan Campur adalah gabungan antara dua ketan yang dijelaskan sebelumnya. Semuanya dengan harga yang sama, Rp 2.500,- per porsi. Untuk segelas susu segar, bisa diperoleh dengan Rp 3.000,-. Murah kan? Yuk ke Batu dan mampir ke Pos Ketan Legenda 1967.

<<<<<<(0)>>>>>>

Kamis, 12 April 2012

Serabi Notosuman, Yang Klasik Yang Menarik

Serabi atau dikenal juga dengan Surabi atau Srabi, merupakan salah satu jajanan yang banyak dijumpai di berbagai daerah di negeri ini. Jajanan tradisional sejenis pancake berbahan beras, santan dan ragi yang kemudian digoreng di wajan kecil-kecil ini seringkali disajikan dengan 2 cara berbeda, yakni Serabi ”kering” dan Serabi berkuah.  Yang pertama, Serabi ”kering”, yakni Serabi yang dalam penyajiannya sebagaimana kue yang lain, tidak perlu diracik lagi. Begitu diangkat dari penggorengan, Serabi siap dihidangkan dan disantap. Selain dibuat dalam bentuk plain (polosan), untuk menarik selera Serabi ”kering” seringkali dimodifikasi dengan topping berupa coklat, keju ataupun bahan-bahan lainnya, termasuk buah.

Serabi jenis yang kedua dikenal dengan Serabi Kuah. Bahan dasarnya sama dengan Serabi ”kering”, hanya dalam penyajiannya ditambahkan kuah santan kelapa dengan rasa gurih. Untuk pemanis, ditambahkan sirup Gula Jawa yang berwarna merah kecoklatan pada Serabi berkuah tersebut. Paduan asin, manis dan sedapnya santan menjadikan Serabi memiliki cita rasa yang khas. Untuk Serabi berkuah, modifikasi dapat dilakukan pada Serabi itu sendiri dan kuahnya.

Dalam berhadapan dengan gaya hidup konsumen yang saat ini lebih bersahabat dengan jajanan impor, yang berkonotasi modern, Serabi tidak dapat dibiarkan hadir begitu saja. Di beberapa tempat, Serabi dipoles dengan sentuhan kreatifitas agar dapat berhadapan dengan jajanan yang ”berbau” kota dan menyasar konsumen muda. Di sinilah modifikasi juga dilakukan dengan menyulap Serabi yang terkesan tradisional untuk dapat menembus budaya kota dan modern. Sejumlah modifikasi dilakukan dengan memanfaatkan topping ataupun kuah dengan menambah berbagai variasi yang disesuaikan dengan selera kota dan anak muda. Dengan modifikasi, Serabi tidak lagi dijajakan di pasar-pasar tradisional. Serabi dapat menembus pusat-pusat perbelanjaan modern di dalam masyarakat perkotaan.

Serabi Klasik ”Ny. Handayani”
Sekalipun jajanan modern dan impor banyak merambah negeri ini, ternyata masih banyak juga pusat-pusat jajanan yang masih memegang erat-erat dan konsisten melestarikan keaslian resep jajanan lokal. Salah satu yang bisa disebut di sini adalah pusat jajanan Serabi Notosuman di kawasan Notosuman, Solo atau Surakarta. Serabi Notosuman bisa dijadikan salah satu tujuan wisata kuliner di Solo. Serabi Notosuman yang berlabel ”Ny. Handayani” konon diawali pada tahun 1923, dan lebih mengutamakan selera klasik. Serabi ”Ny. Handayani” hanya menawarkan dua pilihan selera, Serabi Putih atau polos (plain) dan Serabi Coklat (ditaburi butiran coklat atau Meisis). Untuk dibawa dalam perjalanan relatif jauh, disediakan Serabi Gulung yang sudah dingin dan digulung dengan daun pisang. Serabi jenis ini cocok untuk buah tangan ke luar kota karena tidak lagi berkeringat sebagaimana serabi yang baru keluar dari penggorengan.


Untuk mendapatkan Serabi Notosuman nampaknya masih diperlukan usaha yang cukup berat. Setiap saat antrian di toko ini masih relatif panjang, baik di pagi hari ketika baru buka, hingga di sore hari. Sistem produksi tradisional tidak memungkinkan diproduksi dalam jumlah massal. Kepiawaian para penggoreng Serabi, yang ditampilkan di toko tersebut merupakan daya tarik tersendiri.

Notosuman bukan satu-satunya sentra Serabi di kota Solo. Di sepanjang jalan Slamet Riyadi (jalan protokol di kota ini), ada satu sudut yang menjadi sentra serabi. Di kawasan Pasar Pon, banyak dijajakan Serabi dengan aneka rasa, walaupun dalam modifikasinya tidak terlalu progresif. Masih tetap menggunakan resep tradisional, hanya topping yang ditawarkan lebih beragam dibandingkan Serabi Notosuman.

Rabu, 11 April 2012

Berburu Lumba-lumba di Pantai Lovina

Berburu Lumba-lumba? Iya, berburu Lumba-lumba atau dolphin (dolfin), ikan yang dikenal bersahabat dengan manusia di tengah samudra. Itulah salah satu atraksi wisata yang ditawarkan para pemilik perahu cadik di kawasan pantai Lovina, Singaraja, Bali. Wisatawan akan dibawa ke tengah laut menggunakan perahu tradisional bercadik yang digerakkan dengan motor untuk "mendekati" kawanan Lumba-lumba yang berenang di kawasan tersebut. Wisatawan tidak disuguhi tontonan Lumba-lumba yang sudah dilatih dan ditampilkan di kolam, akan tetapi  "mendekati" Lumba-lumba yang sedang beraktifitas di habitatnya. Atraksi ini berlangsung dari pagi hari selepas subuh hingga jelang siang. Puluhan perahu "Berburu Lumba-lumba" yang rata-rata berkapasitas 6 orang penumpang berseliweran di lepas pantai Lovina untuk mengejar kawanan Lumba-lumba yang berenang sambil sesekali melompat ke udara. Sebuah atraksi yang sangat menarik.




Untuk mengikuti acara ini, sebaiknya wisatawan sudah bersiap diri sebelum matahari terbit. Dengan cara demikian, ada atraksi bonus yang dapat diperoleh sebelum acara utama "Berburu Lumba-lumba", yakni menikmati matahari terbit di lepas pantai, di atas sebuah perahu cadik. Untuk pemesanan perahu, banyak tempat di kawasan pantai Lovina menjajakan menu "Berburu Lumba-lumba". Bahkan dengan go show pun masih bisa diperoleh perahu. Akan tetapi ada baiknya dilakukan pemesanan terlebih dahulu, untuk mengantisipasi peak season. Ada baiknya survei harga dilakukan juga, mengingat banyak sekali yang menawarkan harga jauh di atas rata-rata harga "pasar" yang berlaku di Lovina. Harga yang ditawarkan oleh hotel-hotel yang berada di kawasan pantai Lovina rata-rata berkisar pada Rp 85.000,- s/d Rp 100.000,- per orang. Harga ini bisa berbeda (dan lebih tinggi) untuk wisatawan mancanegara. Tertarik dengan harga yang lebih ekonomis? Kontak langsung dengan para awak perahu, yang dengan mudah dijumpai di sepanjang pantai Lovina. Dengan para awak perahu secara langsung, harga bisa berkisar pada Rp 50.000,- s/d Rp 60.000,- per orang. Sewa 1 perahu berkisar antara Rp 250.000,- sampai Rp 400.000,- tergantung kelihaian dalam menawar (harga ini pada Nopember 2011).

Go....Go....Go
Perahu meninggalkan pantai ketika di ufuk timur masih pekat. Suara mesin perahu memecah keheningan pagi buta menuju ke lepas pantai kira-kira 1 km. Mesin perahu dimatikan, dan keheningan menyelimuti perahu. Hanya kecipak riak-riak kecil air laut yang menyinggung badan perahu. Inilah bonus awal sebelum menikmati menu utama "Berburu Lumba-lumba", menanti matahari terbit di lepas pantai dalam kelembutan dan kesegaran pagi.

Ketika matahari sudah menampakkan diri secara penuh dan langit biru membingkai pandangan, satu demi satu perahu "pemburu" Lumba-lumba bermunculan dengan mengambil posisi menyebar. Andai terucap, hanya satu doa yang sama, "Semoga Dolfin berada di dekat perahuku dan menyapaku".

Mesin perahu dalam kondisi mati, hanya suara angin dan percik-percik air yang membentur badan perahu yang memecah keheningan. Semua penumpang perahu menebar pandang ke seluruh penjuru laut. Semua terdiam. Tiba-tiba mesin salah satu perahu meraung dan tangan awak perahu menunjuk pada arah tertentu sembari menancapkan gas ke arah yang ditunjuknya. Perahu lain pun meraung dan mengikuti arah perahu yang pertama kali tancap gas tersebut. Sekawanan Lumba-lumba sedang berkejaran dan berlompatan ke atas permukaan air laut. Perahu-perahupun membuat formasi melingkar, mengitari tempat Lumba-lumba yang sedang berkejaran.



Setelah puas menyaksikan atraksi Lumba-lumba, masih ada bonus penutup. Berenang di terumbu karang kawasan pantai Lovina. Dengan air yang tenang dan jernih, dasar laut yang berupa terumbu karang dan aneka ikan dapat dilihat dengan mata telanjang dari atas perahu. Ikan-ikan pun dengan mudah "didekati". Dengan potongan-potongan roti, ikan-ikan tersebut muncul ke permukaan, bahkan berani menyentuh tangan.  Pemandangan dasar laut lebih indah lagi dinikmati dengan snorkle dan googles. Awak perahu biasanya sudah menyediakan snorkle, namun harga sewanya relatif mahal. Yang lebih menarik lagi, diving dengan scuba pun ditawarkan di sini.

Pantai Lovina dengan air lautnya yang relatif tenang dan berpasir hitam berada di bagian utara Pulau Bali, tepatnya di Kabupaten Buleleng, 10 km arah barat kota Singaraja.


Tips :
Jangan membawa banyak bawaan karena perahu sempit
Sebaiknya menggunakan sandal karet, karena ketika akan naik ke perahu harus berjalan di air pantai.
Jangan lupa bawa kamera, akan lebih baik dilengkapi dengan lensa jarak jauh
Membawa makanan secukupnya. Selain untuk sarapan, bisa juga digunakan untuk memberi makan ikan-ikan di terumbu karang.
Membawa snorkle, sewa peralatan ini relatif mahal.
Last but not least, pakailah pelampung yang sudah disediakan awak perahu untuk keselamatan.